Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah 
dengan hal yang menyenagkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian 
yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan 
atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit 
menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian 
kehilangan, kekurangan musibah, penyakit,  kemiskinan, adalah perkara 
biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.  Perhatikan 
firman Allah SWT berikut ini “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan 
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa 
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang 
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka 
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah 
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan 
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] :
 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan 
(saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
 (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit 
dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang
 terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita 
miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak 
dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. 
Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami 
dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang sebenar-benarnya atas
 segala sesuatu apapun yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari 
bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah dan titipan 
Allah, maka begitu Allah mengambilnya dari kita, insya Allah kita akan 
lebih mudah merelakannya. Karena kita menyadari, bahwa semua itu adalah 
milik Allah dan titipan Allah.  Dan yang namanya titipan, suatu saat 
nanti memang pasti akan kembali pada pemiliknya, kapanpun pemiliknya 
menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari kita,
 maka kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi, jangan menjadi 
stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila kemarin
 kita masih punya mobil, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan 
bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha
 kita masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan yang 
besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang 
hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda 
Rasulullah saw berikut ini:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa 
gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, 
melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta 
menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan 
daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah dan yakinlah, 
bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT berikan 
untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya. 
Seperti sabda  Rasulullah SAW, “Sesungguhnya pahala yang besar itu, 
bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu
 kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang
 ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka
 murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan 
al-Albani dalam as-Shahihah [146]).
 
Rasulullah SAW  bersabda :  
“Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, 
baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak 
menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR. Tirmidzi). 
Rasulullah
 SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik
 dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita
 harus rela menerima segala  ketentuan  Allah  dan menyadari bahwa 
apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. 
Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. 
Allah SWT berfirman :  “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan
 pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul 
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu 
adalah mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita 
ditimpa musibah baik besar maupun kecil, sebaiknya kita mengucapkan: 
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik
 Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). ini dinamakan dengan 
kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT). Kalimat istirja’
 akan lebih sempurna lagi jika ditambah, setelahnya dengan doa yang 
diajarkan oleh Rasulullah SAW  sebagai berikut :“Ya Allah, berilah 
ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih
 baik bagiku.”  Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a 
dengan doa di atas niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang 
menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam 
Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)
Rasulullah SAW 
bersabda, “Apabila ada anak salah seorang hamba itu meninggal maka Allah
 bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak 
hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’ ‘Apakah kalian telah mencabut 
nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab ‘Ya.’ Lalu Allah 
bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Dia 
memuji-Mu dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka Allah 
berfirman, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan 
beri nama rumah itu dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan 
al-Albani dalam as-Shahihah [1408]).
Perhatikan sabda Rasulullah 
SAW berikut ini : “Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. 
Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan 
diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan 
kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya.
 Dan apabila dia tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga 
merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan 
diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena pahala kesabaran itu, 
tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT  “Sesungguhnya orang-orang 
yang bersabarlah yang dicukupkan ganjaran/pahala  mereka tanpa batas.” 
(Az Zumar: 10)
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, 
yang bila kita renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya,  insya Allah 
bisa membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya
 yang paling berat sekalipun :
  1  Kita harus percaya pada 
jaminan Allah bahwa : ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai 
dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).   Allah SWT yang 
memiliki diri kita, sangat tahu kemampuan kita, jadi tidak akan mungkin 
Allah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.
  2  Sebenarnya, kita semua pasti mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita kuat iman.
 
 3  Coba kita tanyakan pada diri kita, saat kita ditimpa suatu ujian 
kesulitan, kesedihan dan atau kehilangan, apa manfaat yang bisa kita 
ambil kalau kita tidak sabar dan tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan 
”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya kita, maka bisa menghadirkan 
kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian tersebut tidak jadi 
datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita pikirkan 
kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian 
kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan?  
Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila 
kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya Allah, tidak akan 
terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan ingat, dalam sabar, 
terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap kita, adalah 
segalanya.
  4  Kita harus selalu baik sangka kepada Allah SWT dan 
jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan keputusan, 
ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah.  Kita harus bisa sabar dan 
ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau 
kita masih merasa tidak puas dengan semua keputusan, ketetapan, 
pengaturan dan ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain Allah.  
Perhatikan firman-Nya dalam hadits Qudsi : ”Akulah Allah, tiada Tuhan 
melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, 
tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka
 bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh 
al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Karena
 itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa
 janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan 
kebahagiaan hidup.